![]() |
Ilustrasi seorang anak yang merasakan pilu (Sumber foto : halodoc.com) |
Bagi
sebagian anak, memiliki keluarga utuh memang sangat indah. Hidupnya akan
terjamin, masa depannya akan tertata, dan ia tidak perlu merasakan kesedihan
sejak lama. Keluarga memang harta yang paling berharga, tidak ada yang bisa
memberikan cinta serta kasih sayang yang tulus selain orang tua.
Namun,
hal itu tidak pernah terjadi dalam hidupku. Namaku Farhan Alfaridzi, biasa
dipanggil Farhan. Aku memiliki nasib hidup yang bisa dikatakan saat itu
terburuk dalam hidupku. Ya, aku sudah ditinggalkan oleh ayahku sejak kecil. Dan
aku sangat iri jika dahulu melihat kebahagiaan teman-temanku yang mempunyai
keluarga utuh.
Saat
itu, seharusnya aku sangat membutuhkan sosok yang membuatku kuat, sosok yang
bisa mengajariku tentang apa arti sebuah kehidupan. Aku sangat kehilangan arah,
sosok ayah yang aku inginkan nyatanya menjadi orang yang membuatku hancur dalam
sekejap.
Ayah
lebih memilih meninggalkan mamahku saat aku berumur enam tahun. Mamahku adalah
sosok bidadari tanpa sayap yang dihadirkan Tuhan ke dalam hidupku. Ia merupakan
sosok wanita tangguh dan sabar dalam menerima segala masalah yang ada.
Aku
sempat marah pada ayah, bahkan hampir menimbulkan rasa dendam pada diriku. Namun
aku selalu ingat pesan-pesan mamah yang ia berikan untukku. Mamah mengajariku
untuk tidak memiliki rasa dendam terhadap takdir yang sudah ditetapkan padaku.
“Farhan,
kamu boleh merasa kecewa dengan ayahmu karena ia sudah meninggalmu sejak kamu
kecil, tetapi kamu harus ingat beberapa hal bahwa apapun takdir yang sudah
ditetapkan untuk keluarga kita, pasti itu yang terbaik. Kamu tidak boleh menyimpan
rasa benci bahkan dendam kepada ayahmu,’’ kata Mamah saat ia melihat aku
menangis di kamarku.
Aku
menatap wajah mamahku yang sangat teduh, ia tidak sedikitpun memperlihatkan dirinya
yang sangat rapuh. Kesedihan, kekecewaan, dan rasa kesal ditutupi dengan rapat
oleh senyuman tulus yang selalu ia berikan kepadaku.
Lantas,
langsung terbesit dalam benakku, untuk apa aku memiliki rasa dendam jika orang
yang seharusnya jauh lebih sedih daripada aku, bisa menerima segala sesuatunya
dengan rasa ikhlas.
Hidup
itu memang selalu tidak bisa ditebak. Kita tidak bisa memilih untuk bahagia
seterusnya, terkadang kesedihan dan rasa sakit akan datang secara bersamaan. Namun
jika kita melewatinya dengan rasa ikhlas, bukankah akan jauh lebih baik?
EmoticonEmoticon