Depok
– Digitalisasi
mempermudah segala hal untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas, tidak
terkecuali para anak muda. Digitalisasi seakan-akan menjadi kebutuhan sehari-hari
untuk belajar, bekerja, hingga melakukan aktivitas lainnya.
Jejak
digital juga digunakan para pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk
menjadi wadah kampanye di media sosial. Kampanye tersebut dirancang khusus
untuk menarik perhatian warganet, terkhusus generasi z dan kaum millenial. Generasi
Z dan kaum millenial merupakan pemilih terbanyak pada saat pemilu 2024 nanti.
Saat
ini hampir semua kegiatan kampanye yang dilakukan oleh capres maupun cawapres
diunggah pada media sosial mereka masing-masing. Hal ini bisa dimanfaatkan
sebagai platform untuk berinteraksi langsung antara kandidat dan para pemilih
muda.
Keberhasilan
kampanye melalui media sosial tidak hanya diukur dari jumlah pengikut maupun
disukai, tetapi juga keterlibatan pemilih untuk mendorong partisipasi yang
aktif. Sama halnya seperti mengajak pemilih muda untuk sekedar berbagi cerita atau
berkomunikasi langsung melalui komentar dan pesan pribadi.
‘’Kalo
menurut aku yang baru banget pertama kali milih buat calon presiden dan wakil
presiden, media sosial emang sering banget aku gunain. Dengan adanya media
sosial aku jadi tau apa aja sih yang dilakuin sama calon-calon pemimpin kita
nantinya. Ga ada salahnya kampanye di media sosial. Justru kita jadi tau bagaimana
perkembangan – perkembangan di luar sana,’’ kata Alia selaku Generasi Z pada
Senin (8/1/2023) di Taman Merdeka, Depok.
Dengan
meningkatnya penggunaan media sosial pada kampanye politik, peran generasi muda
tampaknya akan semakin memperkuat suara mereka melalui partisipasi yang aktif pada
proses pemilihan umum nantinya.
‘’Generasi
Z kayaknya emang lebih tertarik lihat kampanye kayak gitu lewat media sosial
sih. Soalnya kalo liat dimedsos tidak membosankan aja. Terus kita juga bisa
lihat komentar-komentar dari akun-akun
lain. Jadi kayak lebih seru dan menarik juga,’’ lanjut Alia.
EmoticonEmoticon