Ilustrasi kerinduan (Sumber foto : kejora biru)
Ada dua ekor merpati hinggap di bubungan, angin
pagi suka berputar-putar mengelilingi rumah seperti biasanya mendengarkan kamu
dan nenekmu bercengkrama di pagi hari tentang dua musim yang akhir-akhir ini
suka berubah-ubah seenaknya. Tetapi hal seperti itu tidak akan terulang lagi.
Kamu
dan nenekmu selalu bersama dari kecil hingga kamu beranjak dewasa. Saat kecil
nenekmu senang membacakan dirimu dongeng tentang binatang sebelum tidur sampai
kamu sudah dapat dipastikan terlelap dalam tidurmu. Kalian sangat mengenal dan
memahami satu sama lain karena memang bertemu hampir setiap hari, setiap jam,
bahkan setiap menit.
Nenekmu
adalah sosok yang ramah kepada siapapun dan selalu berbuat baik. Dalam keadaan
apapun selalu berbagi walau rezeki yang dimiliki nenekmu tidak banyak. Tidak
pernah sekalipun nenekmu meninggalkan solat. Kamu harus mencontoh apa yang
sudah dilakukan dan ditanamkan kepada dirimu dengan baik.
Kasih
sayang seorang nenek kepadamu sebagai cucunya akan tercurah layaknya memberikan
perhatian kepada darah daging sendiri. Apalagi dalam keluarga, kamu adalah cucu
pertama, jelas jika nenekmu memberi perhatian lebih. Nenekmu pasti akan
mengorbankan apapun demi melihat hidupmu bahagia dan tidak kesusahan.
Suatu
pagi hari terdengar kicauan burung di depan rumah yang sangat berisik. Matahari
yang kali ini bersinar dengan cahaya
yang lebih cerah dari biasanya. Nenekmu membangunkanmu dengan penuh kasih
sayang, dengan nada lembut yang membuatmu terbangun dari tidurmu. Layaknya sang
putri raja, kamu selalu diperlakukan dengan tulus.
Nenekmu
selalu menghiburmu jika kamu sedih karena tidak boleh bermain dengan temanmu pada
siang hari. Nenekmu juga yang membelamu jika kedua orang tuamu marah ketika
kamu terlambat pulang dari sekolah. Di depanmu nenek tidak pernah terlihat
sedih sedikitpun, selalu ceria seakan-akan ingin menunjukkan bahwa tidak pernah
ada masalah pada hidup nenek.
Namun,
siapa sangka dibalik keceriaan itu, nenekmu ternyata menyimpan penyakit yang
sangat parah. Penyakit kanker getah bening yang disebabkan karena pola hidup
yang kurang sehat. Nenekmu juga memiliki tekanan batin semasa hidup, membuat
nenekmu susah untuk makan dengan teratur.
Siapa
yang tidak hancur melihat nenek yang sangat disayangi terbujur lemas di atas
tempat tidur. Sehari-hari kamu dengan nenek memiliki moment-moment tertentu
yang membuatmu selalu gembira. Tetapi kini kamu dan nenekmu sudah tidak bisa
lagi melakukan itu setiap hari. Meskipun demikian, nenek selalu berusaha
menutupi penyakit itu, karena tidak ingin melihatmu sedih dan membuatmu
kefikiran.
Tanpa
kamu sadari, nenek sudah berusaha berjuang untuk kuat melawan penyakit kanker
yang jarang sekali ada kemungkinan untuk sembuh. Selama sebulan nenekmu harus
berulang kali pergi ke rumah sakit untuk melakukan kemoterapi. Rambut nenekmu
yang sebelumnya tumbuh dengan bagus, panjang berwarna abu-abu, kini perlahan
mulai rontok satu per satu, karena obat-obatan keras yang dapat menyerang
sel-sel dan jaringan tubuh yang normal. Sel-sel tersebut menggerogoti rambut
nenekmu, hingga pada akhirnya rambut tersebut terlepas dari akarnya.
Hari
demi hari, bulan demi bulan telah berlalu, penyakit tersebut masih berada di
tubuh nenekmu. Sampai semua keluargamu sudah menyerah dan bimbang mau melakukan
apalagi untuk membuat penyakit itu hilang. Segala upaya telah dilakukan,
saran-saran dokterpun sudah dituruti dengan baik. Hingga pada akhirnya, saat
nenek dirawat di rumah sakit berhari-hari, Tuhan berkehendak lain dengan mengambil
nafas dari tubuh nenek. Dokter mengabarkan nenekmu sudah tidak bisa lagi
disembuhkan. Ya, nenekmu menyerah dengan penyakit yang diderita.
Kamu
telah kehilangan sosok pahlawan yang sangat amat kamu sayangi dan cintai. Kamu
menangis dan menjerit saat kamu mendengar kabar itu, kabar kematian nenekmu.
Tidak pernah sekalipun terbayangkan nenekmu akan cepat menyerah dan pergi
meninggalmu. Kamu menangis dengan perasaan yang belum pernah kamu rasakan
sebelumnya. Sakit, sangat sakit. Tetapi satu hal yang harus kamu tahu, bahwa
nenekmu kini tidak akan merasakan sakit lagi, tidak perlu setiap hari meminum
obat-obatan yang sangat banyak itu.
Air
matamu menetes dengan cepat membasahi kedua pipimu yang mungil. Saat itu hujan jatuh
sangat deras, seakan-akan mengerti keadaanmu. Hujan membuat seluruh tubuhmu
menggigil, rasanya seperti kaku. Kamu terus menangis sambil memeluk ibumu. Air
matamu menolak untuk berhenti keluar dari matamu yang sudah membengkak dan
berwarna merah. Pagi tadi adalah pagi yang terburuk selama kamu hidup di dunia
ini.
Di rumah yang sangat sederhana, semua
keluargamu datang satu per satu melihat nenek untuk yang terakhir kali.
Orang-orang juga ikut berdatangan ingin melayat kematian nenekmu, ternyata banyak
sekali yang sayang dengan nenek. Kamu kembali menangis, kali ini sambil
menjerit dengan intonasi suara yang sangat keras ketika melihat nenekmu di
bungkus kain kafan. Karena untuk terakhir kalinya kamu melihat wajah nenekmu
yang sangat cantik nan jelita. Lalu kamu mengikuti proses pemakaman jenazah
hingga selesai. Dan pada saat yang bersamaan kamu juga harus belajar bagaimana
caranya ikhlas menerima semua ini.
Usai peristiwa itu, kamu masih dalam keadaan
terpukul. Peristiwa yang membuatmu susah tidur dan akan selalu membekas dalam hidupmu.
Nenek yang sangat kamu cintai pergi untuk selama-lamanya. Hidupmu kini sepi dan
hampa. Kamu tidak lagi menjadi ceria seperti dulu. Ketika kamu sendiri, kamu
selalu mengingat nenekmu.
Namun pada akhirnya, kamu menyadari bahwa sebenarnya
kamu tidak boleh terlalu berlarut dalam kesedihan, hidupmu harus tetap terus
berjalan sebagaimana mestinya. Dua ekor merpati yang hinggap di
bubungan dan angin pagi yang suka berputar-putar mengelilingi rumah seperti
biasanya akan selalu ada, tetapi tidak bisa lagi mendengarkan kamu dan nenekmu bercengkrama di
pagi hari.